headerphoto

Sebuah penguat operasional atau op-amp dapat digunakan untuk mencampurkan (mixing) dua buah sinyal input atau lebih. Rangkaian untuk aplikasi ini merupakan sebuah variasi dari rangkaian penguat operasional pembalik. Bentuk rangkaian op-amp sebagai mixer, ditunjukkan pada gambar di bawah ini

mixer-opamp
dimana R1, R2 dan R3 adalah resistor input untuk sinyal yang bersangkutan. Gain atau perolehan tegangan (Av) untuk masing-masing sinyal, berdasarkan rumus dasar penguat op-amp pembalik Av = − Rf ÷ Rin, diperoleh:
A1 = − Rf ÷ R1
A2 = − Rf ÷ R2
A3 = − Rf ÷ R3
sehingga total gain menjadi
A = A1 + A2 + A3
atau
A = (−Rf ÷ R1) + (−Rf ÷ R2) + (−Rf ÷ R3)

Output yang dihasilkan rangkaian adalah jumlah dari sinyal-sinyal input yang telah dikuatkan (summing amplifier). Sinyal tegangan tiap-tiap output adalah:
Vout'1 = A1 × Vin1
Vout'2 = A2 × Vin2
Vout'3 = A3 × Vin3
sehingga total tegangan output menjadi
Vout = Vout'1 + Vout'2 + Vout'3
atau
Vout = (A1 × Vin1) + (A2 × Vin2) + (A3 × Vin3)

Jika semua resistor input yang digunakan bernilai sama atau R1 = R2 = R3, maka
Vout = − Rf ÷ R1 × (Vin1 + Vin2 + Vin3)

Sebuah rangkaian mixer audio menggunakan resistor-resistor variabel untuk R1,R2 dan R3, sehingga kekerasan suara (volume) tiap-tiap kanal audio dapat diatur sesuai kebutuhan. Resistor variabel untuk R1,R2 dan R3 akan memungkinkan kita untuk menaikkan atau menurunkan amplitudo sinyal hasil pencampuran.

Lanjut baca »»

Contoh soal 1. Sebuah rangkaian penguat operasional (op-amp) bukan pembalik seperti gambar di bawah memiliki nilai-nilai yaitu: tahanan feed back = 100 kΩ; tahanan input = 10 kΩ; dan tegangan input = 85 mV. Hitung berapa perolehan tegangan (Av) dan tegangan output (Vout) yang dihasilkan rangkaian tersebut?

non-inverting-input-opamp
Penyelesaian:
Diketahui:
  • Rf = 100 kΩ = 100.000 Ω
  • Rin = 10 kΩ = 10.000 Ω
  • Vin = 85 mV = 0,085 V
Av = (Rf ÷ Rin) + 1 = (100.000 ÷ 10.000) + 1 = 11
Vout = Av × Vin = 11 × 0,085 V = 0,935 V = 935 mV.

Sehingga diperoleh Av = 11 dan Vout = 935 mV.

Contoh soal 2: Rangkaian seperti gambar contoh soal 1, diketahui Rin = 3k3 Ω; Rf = 470 kΩ; dan Vin = 20 mV. Hitung Av dan Vout.

Penyelesaian:
Av = (Rf ÷ Rin) + 1 = (470.000 ÷ 3.300) + 1 = 143,4
Vout = Av × Vin = 142,4 × 0,02 V = 2,868 V.

Sehingga diperoleh Av = 142,4 dan Vout = 2,848 V.

Contoh soal 3: Rangkaian seperti gambar contoh soal 1, diketahui Rin = 1 kΩ; Vout = 3,5 V; dan Av = 22. Hitung Rf dan Vin.

Penyelesaian:
Av = (Rf ÷ Rin) + 1 <=> Av − 1 = Rf ÷ Rin <=>
Rf = (Av − 1) × Rin = (22 − 1) × 1.000 Ω = 21.000 Ω = 21kΩ
Vout = Av × Vin <=>
Vin = Vout ÷ Av = 3,5 V ÷ 22 = 0,159 V = 159 mV

Maka didapatkan Rf = 21 kΩ dan Vin = 159 mV.

Lanjut baca »»

Contoh soal 1. Sebuah rangkaian op-amp pembalik seperti gambar di bawah memiliki nilai-nilai yaitu: tahanan feed back = 330 kΩ; tahanan input = 1 kΩ; dan tegangan input = 17 mV. Hitung berapa perolehan tegangan (Av), tegangan output (Vout) dan tegangan catu daya (Vcc) pada rangkaian tersebut?

inverting-input-opamp
Penyelesaian:
Diketahui:
  • Rf = 330 kΩ = 330.000 Ω
  • Rin = 1 kΩ = 1.000 Ω
  • Vin = 17 mV = 0,017 V
Av = − Rf ÷ Rin = − 330.000 ÷ 1.000 = − 330
Vout = Av × Vin = − 330 × 0,017 V = − 5,61 V

Apabila input yang diberikan adalah +17 mV, maka output yang dihasilkan adalah − 5,61 V. Hal ini mengasumsikan bahwa tegangan catu daya (Vcc) yang digunakan memungkinkan output bergerak mencapai nilai itu. Sebuah catu daya ±6V terlalu kecil untuk itu, oleh karenanya membutuhkan catu daya dengan rating tegangan setidaknya ±8V (atau sekitar ±150% × Vout), untuk menguatkan tegangan input sebesar 17 mV.

Sehingga diperoleh Av = − 330; Vout = − 5,61 V; Vcc = ±8 V.

Contoh soal 2. Rangkaian seperti gambar contoh soal 1, diketahui: Rin = 4k7Ω; Rf = 220 kΩ; dan Vin = 50 mV. Hitung Av, Vout dan Vcc.

Penyelesaian:
Av = − Rf ÷ Rin = − 220.000 ÷ 4.700 = − 46,8
Vout = Av × Vin = − 46,8 × 0,050 V = − 2,34 V
Vcc = ±150% × Vout = ±150% × −2,34 V = ±3,51 V

maka didapatkan Av = − 46,8; Vout = −2,34 V; Vcc = ±3,51 V.

Lanjut baca »»

Sangat sering diperlukan untuk sebuah penguat yang mempunyai keluaran yang sama dan sefasa dengan masukan. Karakteristik seperti itu didapatkan dengan menggunakan sebuah penguat operasional yang memiliki terminal bukan pembalik (non inverting). Sambungan rangkaian untuk sebuah op-amp bukan pembalik adalah sebagai berikut.

non-inverting-input-opamp
dimana:
  • Rin = Tahanan input
  • Rf = Tahanan feedback
  • Vin = Tegangan input
  • Vout = Tegangan output

Gain atau perolehan tegangan (Av) untuk rangkaian penguat bukan pembalik ini adalah:
Av = Vout ÷ Vin
Av = (Rf ÷ Rin) + 1
Vout ÷ Vin = (Rf ÷ Rin) + 1, sehingga diperoleh:
Vout = [(Rf ÷ Rin) + 1] × Vin


Rangkaian penguat ini tidak membalikan sinyal input (seperti halnya penguat inverting), hanya menguatkan saja. Di bawah ini merupakan bentuk sinyal tegangan input dan output rangkaian op-amp sebagai penguat non inverting.

sinyal-non-inverting-input-opamp

Lanjut baca »»

Op-amp memiliki dua buah terminal input, yaitu input pembalik (inverting input, dihubungkan ke terminal yang bersimbol negatif [−] op-amp) dan input bukan pembalik (non inverting input, dihubungkan ke terminal yang bersimbol positif [+] op-amp).

Sebuah rangkaian penguat operasional pembalik (inverting) ditujukan untuk menguatkan sinyal-sinyal tanpa mengakibatkan output bergerak terlalu jauh dari suatu nilai rata-rata, ke arah positif maupun negatif. Sambungan rangkaian untuk sebuah op-amp pembalik adalah sebagai berikut

inverting-input-opamp
dimana:
  • Rin = Tahanan input
  • Rf = Tahanan feedback
  • Vin = Tegangan input
  • Vout = Tegangan output

Gain atau perolehan tegangan (Av) untuk rangkaian penguat ini adalah:
Av = Vout ÷ Vin
Av= − Rf ÷ Rin
Vout ÷ Vin = − Rf ÷ Rin, diperoleh:
Vout = − Rf ÷ Rin × Vin


Tanda negatif pada gain mengindikasikan bahwa rangkaian penguat membalikkan sinyal input, selain menguatkannya. Di bawah ini merupakan bentuk sinyal tegangan input dan output rangkaian op-amp sebagai penguat inverting.

sinyal-inverting-input-opamp

Lanjut baca »»

Telah disampaikan pada postingan sebelumnya Penguat Operasional (Op-Amp), bahwa op-amp umumnya beroperasi dengan sebuah catu daya mode ganda (simetris). Namun begitu, op-amp dapat pula beroperasi dengan sebuah jalur catu daya tunggal.

Konsep pencatuan op-amp dengan catu daya simetris

pencatuan-simetris-opamp-741
Op-amp dicatu dengan tegangan +V dan -V, atau contoh disini diberi tegangan +3V dan -3V. Jalur referensi pada catu simetris adalah jalur 0V (ground). Adapun grafik sinus tegangan output catu op-amp tersebut, diperlihatkan pada gambar di bawah ini

grafik-sinus-pencatuan-simetris-opamp-741
Konsep pencatuan op-amp dengan catu daya tunggal

pencatuan-tunggal-opamp-741
Sebuah op-amp dapat beroperasi dengan tegangan catu tunggal apabila kita menggunakan sebuah pembagi tegangan untuk menyediakan jalur catu referensinya. Bila jalur referensi pada catu simetris adalah jalur 0V, namun pada rangkaian di atas, jalur referensinya adalah 3V (catatan: rangkaian dengan catu sebesar 6V, nilai R1 dan R2 adalah sama, misalnya 10kΩ).

grafik-sinus-pencatuan-tunggal-opamp-741
Rangkaian pencatuan op-amp dengan catu daya tunggal banyak digunakan untuk perangkat-perangkat yang digerakkan oleh baterai, misalnya untuk penguat (pre-amp) mic wireless. Rangkaian pada gambar-gambar diatas menggunakan sebuah IC op-amp TL071C, yang bekerja dengan tegangan catu ganda ±3V, atau catu tunggal 6V.

Lanjut baca »»

Penguat operasional (operational amplifier, atau yang biasa disingkat dengan op-amp) merupakan suatu penguat berperolehan tinggi yang dikopel langsung, kemana umpan balik ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhannya. Op-amp digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linear yang bermacam-macam (dan juga operasi-operasi tak linear) dan sering disebut sebagai rangkaian terpadu linear dasar.

Op-amp tergolong kedalam jenis komponen aktif dan IC adalah bentuk dari komponen op-amp. Komponen ini, banyak digunakan terutama untuk tujuan-tujuan penguatan, dengan keuntungan yakni: ukuran kecil, keandalan tinggi, harga lebih murah, kebal temperatur dan memerlukan tegangan dan arus yang relatif rendah.

Karakteristik atau sifat dari op-amp
  • Tahanan input yang sangat tinggi, sehingga rangkaian ini menarik arus yang sangat kecil dari sumber listrik yang memasok daya padanya
  • Tahanan output yang sangat rendah. Rangkaian ini mampu menghasilkan arus output yang relatif besar tanpa menimbulkan jatuh tegangan yang serius pada tegangan outputnya
  • Gain atau penguatan yang sangat besar
  • Mempunyai pita (bandwidth) yang sangat lebar
  • Tidak berubah karena suhu atau temperatur
  • Mempunyai keseimbangan yang sempurna, yaitu Vout = 0, bila V1 = V2.

Op-amp beroperasi dengan sebuah catu daya mode ganda (simetris), yang memberikan tegangan +V dan -V. Komponen ini tidak membutuhkan sambungan ke jalur 0V. Akan tetapi, banyak op-amp dapat beroperasi dengan sebuah jalur catu tunggal.

Simbol penguat

simbol-penguat
Simbol penguat operasional atau Op-amp

simbol-opamp

Lanjut baca »»

Menambah sedikit materi tentang Belajar Dasar Catu Daya yang diposting kemarin, yaitu mengenai jenis trafo catu daya yang dipakai, bagaimana membuat catu daya dengan trafo ct dan tanpa ct.

Seperti kita ketahui, trafo atau transformator penurun tegangan (step down) yang banyak dijual di toko elektronik ada yang jenis ct dan tanpa ct. Trafo tanpa ct umumnya berukuran kecil dan memiliki kemampuan memberikan arus yang juga relatif kecil, misalnya 500 mA. Trafo dengan ct umumnya berukuran besar dan tentunya memiliki kemampuan memberikan arus yang juga relatif besar, misalnya 3 Ampere. Gambar di bawah ini merupakan contoh trafo step down tanpa ct 500 mA.

trafo-elektronika
Lalu bagaimana membuat catu daya dengan trafo ct dan tanpa ct seperti yang diuraikan di atas? Silahkan lihat dua buah gambar rangkaian catu daya 9VDC di bawah ini

1. Rangkaian Catu Daya dengan Trafo CT

dasar-catu-daya-dengan-ct
Kita lihat, tiga buah kawat output tegangan trafo (9V - CT - 9V) dihubungkan ke rangkaian penyearah, yang terdiri dari dua buah dioda (D1, D2) dan satu buah elco (C1). Penyearah menghasilkan output tegangan 9VDC.

2. Rangkaian Catu Daya dengan Trafo Tanpa CT

dasar-catu-daya-tanpa-ct
Kita lihat, dua buah kawat output tegangan trafo (9V - 0V) dihubungkan ke rangkaian penyearah, yang terdiri dari empat buah dioda (D1, D2, D3, D4 biasa disebut dengan Bridge Rectifier) dan satu buah elco (C1). Penyearah akan menghasilkan output tegangan 9VDC.

Adapun kebutuhan dioda pada kedua rangkaian catu daya di atas disesuaikan dengan trafo yang digunakan, misalnya trafo 500 mA diodanya juga harus 500 mA (IN4001), sedang kebutuhan elco cukup yang bernilai 1000 µF/16 V.

Lanjut baca »»

Sampai artikel ini diterbitkan, sebanyak sepuluh buah rangkaian catu daya telah saya posting. Awalnya tidak terpikir akan membuat rangkaian catu daya sebanyak itu, namun ada beberapa kawan yang bertanya lewat email, dan jawaban via email dirasa kurang memuaskan, hingga akhirnya ya saya post di blog Elektronika Bersama ini.

Dari sepuluh buah rangkaian catu daya yang telah saya posting, beberapa diantaranya merupakan rangkaian yang sama, hanya angka-angkanya saja yang berubah. Terlihat sederhana, namun tetep we lieur cenah 7. Dari sini saya tarik kesimpulan, masih banyak kawan-kawan yang membutuhkan materi dasar-dasar elektronik, tepatnya dasar atau masalah catu daya.

Untuk itu kali ini saya mencoba memberikan pemahaman tentang dasar catu daya. Lihat gambar Rangkaian Power Supply 24 VDC 3 Ampere di bawah ini

blok-rangkaian-catu-daya
Rangkaian catu daya tersebut terdiri dari
  1. Rangkaian penurun tegangan dan penyearah: Bisa disebut sebagai rangkaian utama catu daya, dengan kompenen trafo (T1) sebagai penurun tegangan dan dua buah dioda (D1, D2) serta satu buah elco (C1) sebagai penyearah. Output tegangan pada blok ini sudah menghasilkan tegangan searah atau VDC yang cukup baik, namun masih tergantung dengan perubahan input tegangan catu. Untuk keperluan catu daya rangkaian yang tidak terlalu sensitif seperti elektronik otomatis pompa air, sampai blok ini catu daya telah mencukupi.
  2. Rangkaian stabilisator dan penguat: Komponen utama IC regulator (IC1) sebagai stabilisator tegangan dan transistor (Q1) sebagai penguat arus (output tegangan IC 7824 maksimal 1 A, jadi perlu dikuatkan dengan transistor menjadi 3A). Output tegangan pada blok ini menghasilkan tegangan searah atau VDC yang stabil, tidak tergantung dengan perubahan input tegangan catu. Blok ini diperlukan untuk catu daya rangkaian-rangkaian yang sensitif seperti charger HP atau netbok, PLC, power amplifier dsb.

Angka-angka yang diberikan pada rangkaian di atas, tentu saja bisa kawan ubah sesuai dengan keperluan, pun dengan gambar rangkaiannya, misalnya perlu catu daya 5 VDC 1 Ampere untuk rangkaian lampu led, ya saya kira lampu led tidak memerlukan tegangan output yang stabil, jadi cukup rangkaian catu dayanya sampai blok 1 dengan mengganti tegangan input catu menjadi 5V, trafo dan diodanya masing-masing berukuran 1 Ampere.

Bagaimana bila kita memerlukan 5 VDC 2 Ampere yang stabil? ya jadinya rangkaian ini Rangkaian Catu Daya 5 VDC 2 Ampere, serupa dengan gambar rangkaian di atas, tapi itu tadi, angka-angkanya saja yang berubah.

Lanjut baca »»

Masih dengan bahasan rangkaian catu daya atau power supply, kali ini bagaimana membuat rangkaian power supply dengan dua buah output tegangan, yakni 24 Volt dan 5 Volt.

Lihat gambar atau skema rangkaian di bawah ini

catu-daya-dua-output-24v-5v
Daftar komponen:
  1. D1, D2 = Dioda IN5401 (3 A)
  2. Q1 = Transistor 2N 3055, lihat data dan kemasannya
  3. IC1 = IC Regulator 7824
  4. IC2 = IC Regulator 7805
  5. C1 = Elco 2200 µF/35 V
  6. C2 = Elco 100 µF/35 V
  7. C3, C4 = Elco 1000 µF/35 V
  8. C5 = Elco 220 µF/16 V
  9. T1 = Trafo step down 220 V/27 V 3A CT

Dua buah output tegangan power supply, yakni 24 VDC dan 5 VDC ditentukan oleh IC regulator IC1 dan IC2. Arus maksimum yang diberikan pada tegangan 24 VDC mendekati arus maksimum trafo, yaitu 3 Ampere, sedangkan pada tegangan 5VDC arus maksimum yang diberikan hanya sebatas 1 Ampere. Walaupun arus maksimum yang diberikan berbeda, namun kedua output tegangan power supply akan tetap stabil pada nilainya.

Lanjut baca »»

Banyak peralatan elektronik tertentu yang membutuhkan tegangan 24 VDC. Saya menemukan supply tegangan dengan nilai tersebut, diantaranya untuk kebutuhan PLC, weighing scale dan amplifier. Tegangan 24 VDC yang dihasilkan haruslah stabil untuk menjamin awet peralatan atau untuk menghindari dengung (noise) pada speaker amplifier.

Dibawah ini merupakan rangkaian power supply 24 VDC stabil dengan arus 3 Ampere

catu-daya-24volt
Daftar komponen:
  1. D1, D2 = Dioda IN5401 (3 A)
  2. Q1 = Transistor 2N 3055, lihat data dan kemasannya
  3. IC1 = IC Regulator 7824
  4. C1 = Elco 2200 uF/35 V
  5. C2 = Elco 100 uF/35 V
  6. C3 = Elco 1000 uF/35 V
  7. T1 = Trafo step down 220 V/27 V 3A CT

Lanjut baca »»

Rangkaian catu daya menggunakan IC regulator lebih sederhana bila dibandingkan dengan menggunakan dioda zener. Selain itu Regulator-regulator tegangan 78xx atau 79xx memiliki presisi output sebesar ±4%, yang relatif lebih baik daripada yang dapat diberikan oleh stabilisator berbasis zener. Tegangan output yang dihasilkan akan bervariasi tidak lebih dari 1% ketika tegangan catu berubah-ubah, dengan syarat bahwa selisih tegangan catu tersebut adalah 2,5V atau lebih.

Demikian pula, tegangan output akan bervariasi tidak lebih dari 2% ketika arus ditarik dari regulator berubah-ubah. Regulator, secara praktis, mampu menghasilkan riak-riak gelombang yang terdapat pada tegangan catu.

Regulator memiliki beberapa fitur lain yang cukup penting, seperti misalnya pembatas arus, yang akan menjatuhkan tegangan output apabila arus ditarik dari regulator secara berlebihan. Terdapat juga fitur thermal shutdown, yang akan memutuskan arus apabila regulator terlalu panas.

Terminal-terminal atau kaki-kaki sambungan untuk regulator tegangan adalah

  • Input: Input ini biasanya berasal dari trafo, yang diikuti oleh sebuah penyearah dan kapasitor perata gelombang. Tegangan catu atau tegangan kerja yang diberikan harus memiliki selisih minimum 2,5V lebih tinggi dari tegangan regulasi yang dibutuhkan
  • Common (Ground): Jalur catu 0V untuk input dan output
  • Output: Menghasilkan tegangan output teregulasi.


Beberapa seri IC regulator tegangan 78xx dan 79xx, dilengkapi dengan tegangan kerja
7805 = 8 V s/d 35 V
7806 = 9 V s/d 35 V
7808 = 11 V s/d 35 V
7812 = 15 V s/d 35 V
7815 = 18 V s/d 35 V
7818 = 21 V s/d 35 V
7824 = 27 V s/d 40 V
7905 = -8 V s/d -35 V
7906 = -9 V s/d -35 V
7908 = -11 V s/d -35 V
7912 = -15 V s/d -35 V
7915 = -18 V s/d -35 V
7918 = -21 V s/d -35 V
7924 = -27 V s/d -40 V

Lanjut baca »»

IC_7812Rangkaian yang diperlihatkan pada artikel Power Supply 5 VDC 1 A Stabil mengilustrasikan bagaimana menggunakan dioda zener sebagai stabilisator tegangan. Untuk pengontrolan tegangan dengan tingkat presisi yang lebih tinggi, dapat kita gunakan sebuah pengatur tegangan atau regulator tegangan (voltage regulator). Komponen regulator tegangan ini adalah sebuah IC yang seringkali memiliki tiga kaki terminal, dan memiliki bentuk yang mirip dengan sebuah transistor daya.

IC regulator tegangan 3 terminal yang paling populer adalah seri 78xx. Dua digit terakhir pada nomor seri ini mengindikasikan tegangan teregulasi yang dihasilkan. Sebagai contoh, sebuah regulator tegangan 7805 menghasilkan +5V dan sebuah IC 7812 menghasilkan +12V. Nomor tipe ini dapat pula menyertakan sebuah huruf untuk mengindikasikan arus output maksimum regulator. Sebagai contoh, sebuah regulator 78L09 merupakan sebuah piranti daya rendah (Low) yang menghasilkan tegangan 9V dengan arus hingga 100 mA. Selain itu tersedia juga tipe-tipe lainnya, yang mampu menghasilkan maksimum 1 A, perhatikan:

Seri regulator tegangan IC 7805
7805, I out = 1 A
78M05, I out = 0,5 A
78L05, I out = 100 mA


Seri regulator lainnya, yaitu 79xx digunakan untuk mengatur tegangan catu negatif ke sebuah op-amp dan perangkat-perangkat elektronik lain, atau untuk membuat catu daya simetris seperti yang ditunjukan pada artikel Rangkaian Power Supply Simetris +12V dan -12V 500 mA. Sama seperti halnya seri 78xx, pada seri 79xx dua digit terakhir pada nomor seri ini mengindikasikan tegangan teregulasi yang dihasilkan. Sebagai contoh, sebuah regulator tegangan 7905 akan menghasilkan output -5V dengan maksimum arus hingga -1 A.

Lanjut baca »»

Power supply atau catu daya simetris adalah istilah lain dari catu daya mode ganda. Disebut simetris karena power supply tersebut memiliki nilai tegangan yang sama, antara polaritas positif (+V) dan polaritas negatif (-V) terhadap ground atau 0V.

Rangkaian power supply simetris berikut ini menghasilkan output tegangan +12V dan -12V dengan menggunakan IC regulator tegangan 7812 dan 7912, yang saya ambil dari rangkaian power supply untuk active surround amplifier.


Daftar komponen:
  1. D1, D2, D3, D4 = Dioda 1N4001
  2. C1, C2 = Elco 1000 µF/16 V
  3. C3, C4 = Elco 220 µF/16 V
  4. IC1 = IC Regulator 7812
  5. IC2 = IC Regulator 7912
  6. T1 = Trafo step down 220 V/15 V 500 mA CT

Contoh lain rangkaian power supply simetris pernah saya posting sebelumnya, untuk yang lebih sederhana silahkan lihat di Rangkaian Catu Daya OCL Amplifier 150 Watt, atau mau yang lebih rumit? silahkan lihat di Rangkaian Catu Daya Mode Ganda +5V dan -5V.

Lanjut baca »»

Pada beberapa kasus rangkaian elektronik seperti tone control amplifier, aiphone, DVD player atau power supply komputer, membutuhkan supply tegangan +5V dan -5V. Model supply tegangan seperti ini disebut dengan catu daya mode ganda (catu daya yang memberikan tegangan +V dan tegangan -V).

Berikut ini adalah contoh rangkaian catu daya mode ganda +5V dan -5V, dan merupakan rangkaian yang dikembangkan dari rangkaian catu daya tunggal 5 VDC 1 A Stabil.

power-supply-tone-control
Daftar komponen untuk rangkaian di atas, antara lain:
  1. D1, D2, D3, D4 = Dioda 1N4001
  2. D5, D6 = Dioda zener 5 V
  3. C1, C2 = Elco 1000 µF/16 V
  4. C3, C4, C5, C6 = Elco 220 µF/16 V
  5. R1, R2 = Resistor 220 Ω
  6. Q1 = Transistor NPN - BD 139
  7. Q2 = Transistor PNP - BD 140
  8. T1 = Trafo step down 220 V/12 V 1 A CT

Lanjut baca »»