headerphoto

2. Hubungan Pararel
Melanjutkan dari artikel hubungan seri. Jika beberapa sumber, beban, atau perangkat listrik dihubungkan dalam dua jepitan yang sama, dinamakan hubungan pararel.

Gambar dibawah ini memperlihatkan hubungan pararel tiga buah batre.

Berbeda dengan hubungan seri, pada hubungan pararel walaupun salah satu dari ketiga batrenya dilepas, tidak akan menggangu rangkaian, lampu akan tetap menyala. Lihat simbol gambar dibawah ini.

Lanjut baca »»

Didalam rangkaian listrik maupun elektronika, kita mengenal dua macam hubungan yang baku, yaitu: hubungan seri dan hubungan pararel. Bila dijumpai ada bentuk hubungan lain, pada dasarnya merupakan variasi dari hubungan seri dan pararel. Berikut ini diuraikan bentuk hubungan seri dan hubungan pararel.

1. Hubungan Seri
Jika beberapa sumber, beban, atau perangkat listrik dihubungkan secara berderet satu dengan yang lain, sehingga arus mengalir secara beranting mulai dari yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, dinamakan hubungan seri. Gambar dibawah ini memperlihatkan hubungan seri tiga buah batre.

Dalam hubungan seri, masing-masing bagian yang dilalui arus listrik merupakan penghantar bagi bagian yang lain. Oleh sebab itu bila tiga buah batre yang dihubungkan seri dengan lampu, salah satu batrenya dilepas, maka terputuslah arus listrik pada hubungan seri itu, sehingga lampu tidak akan menyala. Lihat simbol gambar dibawah ini.

Hubungan pararel, silahkan klik disini

Lanjut baca »»

Jumlah energi listrik yang digunakan di sebuah rumah diukur dengan menggunakan sebuah meteran listrik (kWh meter dalam istilah umum di Indonesia), yang tersambung ke jalur pasokan listrik PLN. Meteran listrik menghitung penggunaan energi listrik dalam satuan kWh.

Tagihan listrik dibebankan kepada pemakai berdasarkan jumlah pemakaian energi listrik. Biaya yang tertera pada tagihan dihitung dengan menggunakan rumus:

Biaya listrik = energi listrik x biaya per unit pemakaian

Contoh soal:
Sebuah lampu penerangan taman bekerja pada daya 500 W. Lampu ini dinyalakan setiap malam selama 10 jam. Biaya pemakaian energi listrik adalah Rp 400,- per kWh. Berapakah besar biaya yang harus dibayarkan selama satu bulan (30 hari)?

Penyelesaian:
Biaya listrik = (500 W x 10 jam x 30) x Rp 400,- per kWh
Biaya listrik = (0,5 kW x 300 jam) x Rp 400,- per kWh
Biaya listrik = 150 kWh x Rp 400,- per kWh
Biaya listrik = Rp 60.000,-

Total biaya listrik yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp 60.000,-

Lanjut baca »»

Sejumlah daya listrik dapat menghasilkan tenaga atau energi. Dengan energi listrik kita bisa mendapatkan cahaya, suara, panas, gerakan, dan lain-lain.

Jumlah energi yang dihasilkan oleh sebuah perangkat listrik tergantung pada:
  • rating daya perangkat
  • lama waktu bekerjanya perangkat
Semakin besar daya perangkat, semakin banyak jumlah energi yang dihasilkannya dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama perangkat bekerja, semakin banyak jumlah energi yang dihasilkan pada rating daya tertentu. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa:

Energi listrik (W) = daya (P) x waktu (t)

Besaran jumlah energi listrik ditulis dengan notasi huruf W, dan satuan energi listrik disebut kilo Watt hour yang ditulis dengan notasi huruf kWh.

Contoh soal:
Sebuah pemanas air dengan daya 800 W, membutuhkan waktu 1,5 jam untuk mendidihkan air didalam sebuah tangki. Berapa jumlah energi yang dikeluarkan didalam proses ini?

Penyelesaian:
W = P x t = 800 W x 1,5 jam = 0,8 kW x 1,5 jam = 1,2 kWh
Jumlah energi yang dikeluarkan sebesar 1,2 kWh

Lanjut baca »»

Pada lampu pijar, tenaga listrik diubah menjadi bentuk tenaga cahaya dan panas. Apabila sebuah lampu menyala dalam waktu satu jam, maka selama itu lampu menggunakan sejumlah tenaga tertentu. Bila lampu itu menyala selama dua jam, maka lampu itu menggunakan tenaga sebanyak dua kali lipat dari yang satu jam.

Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah tenaga yang digunakan berbanding lurus dengan waktu menyala lampu.

Besaran daya listrik ditulis dengan notasi huruf P, dan satuan daya listrik disebut Watt yang ditulis dengan notasi huruf W.

Dalam rangkaian listrik, daya berbanding lurus dengan tegangan dan arus. Semakin besar arus dan semakin besar tegangan, maka semakin besar pula daya yang dihasilkan. Pernyataan ini dapat ditulis dengan rumus:

P = V x I


Dimana:
P menunjukkan Daya listrik dengan satuan Watt (W)
V menunjukkan Tegangan listrik dengan satuan Volt (V)
I menunjukkan Arus listrik dengan satuan Ampere (A)

Contoh soal 1:
Sebuah motor pompa listrik bekerja dengan tegangan 220 V dan arus yang mengalir didalamnya sebesar 3 A, berapakah daya yang dihasilkannya?

Penyelesaian:
P = V x I = 220 V x 3 A = 660 W
Daya yang dihasilkan sebesar 660 W

Contoh soal 2:
Lihat gambar dibawah. Apabila diketahui daya lampu (P) sebesar 24 W, tegangan (V) sebesar 6 V, berapakah arus listrik (I) yang mengalir?

Penyelesaian:
I = P / V = 24 W / 6 V = 4 A
Arus listrik yang mengalir sebesar 4 A

Lanjut baca »»

Hambatan listrik (R) adalah gesekan atau rintangan yang diberikan suatu bahan terhadap suatu arus listrik. Dengan adanya gesekan atau rintangan ini, menyebabkan gerak elektron berkurang.

Hambatan-hambatan yang menghalangi gerak elektron ini disebut resistansi, sedangkan alatnya dinamakan resistor atau tahanan. Satuan untuk ukuran hambatan listrik dinamakan Ohm atau dengan simbol Ω (dibaca Omega). Semakin besar resistansi sebuah penghantar, maka semakin kecil arus listrik yang mengalir padanya.

Hukum Ohm
Hubungan antara arus listrik, tegangan listrik, dan hambatan listrik dalam suatu rangkaian dinyatakan dalam hukum ohm, yaitu:

V = I x R
I = V / R
R = V / I


Dimana:
V menunjukkan Tegangan listrik dengan satuan Volt (V)
I menunjukkan arus listrik dengan satuan Ampere (A)
R menunjukkan hambatan listrik dengan satuan Ohm (Ω)

Lanjut baca »»

Tegangan Listrik (V) adalah gaya listrik yang menggerakkan arus untuk mengalir disepanjang sebuah rangkaian listrik. Menurut teori elektron, sebuah benda bermuatan positif kalau benda tersebut kekurangan elektron dan bermuatan negatif kalau benda tersebut kelebihan elektron.

Dalam keadaan berbeda muatan inilah munculnya tenaga potensial yang berada diantara benda-benda tersebut. Oleh karena itu bila sepotong kawat penghantar dihubungkan diantara keduanya, maka akan terjadi perpindahan energi, dan berlangsung terus selama ada beda tegangan. Terjadinya beda tegangan disebabkan tiap muatan mempunyai tenaga potensial untuk menggerakkan suatu muatan lain dengan cara menarik atau menolak.

Beda tegangan diantara dua titik penghantar dapat dihasilkan dengan memberikan tekanan listrik dari sebuah pembangkit listrik, baterai, atau sumber-sumber tegangan lainnya.

Satuan untuk ukuran tegangan listrik dinamakan Volt atau disingkat dengan huruf V. Tegangan sumber PLN adalah 220 V, tegangan baterai umumnya 1,5 V, sedangkan tegangan accu biasanya 6 V dan 12 V.

Gambar Baterai Bertegangan 1,5 Volt


Lanjut baca »»

Aliran elektron yang bergerak pada suatu penghantar listrik dengan kecepatan tertentu dinamakan arus listrik (I). Timbulnya arus listrik karena terdapat beda potensial pada dua ujung penghantar. Sedangkan terjadinya beda potensial pada dua penghantar disebabkan karena adanya salah satu ujung penghantar mendapatkan suatu tenaga yang mendorong elektron-elektron untuk bergerak.

Arus listrik hanya akan terjadi dalam rangkaian tertutup. Satuan untuk ukuran arus listrik dinamakan Ampere atau disingkat dengan huruf A. Satu coulomb muatan sejumlah elektron bergerak melalui penghantar suatu rangkaian dalam waktu satu detik disebut satu Ampere. Hubungan antara arus listrik (I), jumlah muatan elektron (Q), dan satuan waktu (t) ditulis dengan rumus:

I = Q / t

Dimana:
I adalah arus listrik (dalam satuan Ampere)
Q adalah muatan elektron (dalam satuan coulomb)
t adalah waktu (dalam satuan detik)

Contoh soal:
Berapakah besarnya arus listrik yang mengalir bila jumlah elektron sebanyak 60 coulomb pada suatu rangkaian tertutup selama setengah menit?

Penyelesaian:
Q = 60 coulomb
t = 0,5 menit = 30 detik
I = Q / t = 60 / 30 = 2 Ampere

Menurut teori elektron, bahwa aliran elektron bergarak dari yang kelebihan elektron menuju yang kekurangan elektron atau dari muatan negatif menuju ke muatan positif. Namun menurut perjanjian arah arus (bukan arah aliran elektron) selalu bergerak dari bagian positif ke bagian negatif. Perhatikan gambar-gambar dibawah ini
Gambar Arus Listrik Berdasarkan Teori Elektron


Gambar Arus Listrik Berdasarkan Perjanjian Arah Arus


Lanjut baca »»

Elektronika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat elektron. Untuk mengerti cara kerja alat-alat elektronik maka diperlukan sedikit pemahaman mengenai Sifat Elektron Benda, Kedudukan Elektron dalam Susunan Sebuah Benda dan Susunan Atom.

Sifat Elektron Benda
Pada dasarnya elektron terdapat disetiap benda, baik benda padat, cair atau gas. Berdasarkan sifat elektronnya, benda terbagi menjadi 3 kategori:
  1. Konduktor: merupakan benda yang mudah menghantarkan muatan listrik, contohnya besi dan tembaga
  2. Isolator: merupakan benda yang sukar menghantarkan muatan listrik, contohnya plastik dan kayu
  3. Semi konduktor: merupakan benda yang daya hantar muatan listriknya tidak sebaik konduktor namun lebih baik dari isolator, contohnya transistor dan dioda.

Kedudukan Elektron dalam Susunan Sebuah Benda

  • Benda, merupakan sesuatu yang dapat diraba atau dilihat dengan kasat mata.
  • Molekul, merupakan bagian terkecil dari benda yang masih dapat dibagi-bagi lagi dan masih tetap mengandung unsur-unsur kimiawi dari bendanya.
  • Atom, berasal dari kata atomos yang berarti tidak dapat dibagi-bagi, merupakan bagian yang terkecil dari suatu benda yang tidak dapat dibagi lagi. Namun setelah ditemukan gejala radioaktif, anggapan itu tidak dapat dipertahankan lagi. Atom dianggap terdiri dari elektron dan inti atom.

Susunan Atom
Atom terdiri dari inti atom dan elektron yang mengitari inti tersebut. Inti sendiri terdiri dari proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan. Elektron yang mengitari inti bermuatan negatif. Besar muatan proton dan elektron sama, yaitu e = 1,6 x 10-19 coulomb.

Bahan semi konduktor yang paling banyak dipakai dalam pembuatan alat elektronik adalah silikon (Si). Atom Si terdiri dari inti atom dan 14 elektron yang mengitari inti. Intinya terdiri dari 14 proton dan 14 neutron. 14 elektron yang mengitari inti terbagi dalam 3 kelompok. Kelompok yang terdekat dengan inti terdiri dari 2 elektron, kelompok yang terjauh dari inti terdiri dari 4 elektron, sedangkan kelompok ketiga sebanyak 8 elektron terletak antara kedua kelompok tersebut. Tiap-tiap kelompok juga dinamakan kulit atom. Jadi Si mempunyai 3 kulit atom yang berisi elektron.

Elektron-elektron yang terletak dalam kulit terluar dinamakan elektron valensi. Tenaga elektron yang berada dalam kulit yang terdekat dengan inti adalah terbesar. Tenaga ini disebabkan karena adanya daya tarik menarik antara muatan positif dalam inti dengan muatan negatif elektron.

Tenaga yang berada pada kulit terluar adalah yang paling kecil, oleh karena itu elektron-elektron ini paling mudah lepas dari inti. Apabila terlepas maka elektron ini kemudian bergerak bebas, sehingga dinamakan elektron bebas. Jumlah elektron bebas dalam suatu zat menentukan sifat listriknya. Pergerakan atau perpindahan elektron bebas inilah yang mengakibatkan timbulnya energi listrik.

Bila jumlahnya besar seperti misalnya dalam besi atau logam, maka daya hantar listriknya baik. Zat seperti ini yang kemudian dikenal dengan bahan konduktor. Dan bila jumlah elektron bebasnya sedikit seperti misalnya dalam kayu, maka zat tersebut sukar menghantarkan listrik atau dikenal dengan bahan isolator.

Jumlah elektron bebas dalam zat seperti Silikon (Si) dan Germanium (Ge) tidak sebanyak dalam logam tetapi tidak sesedikit dalam isolator, maka daya hantar listriknya pun tidak sebaik logam tetapi lebih baik dari isolator. Zat seperti ini dinamakan bahan semi konduktor.

Lanjut baca »»